Genre : Science fiction, Romance, Action
Writter : Rasiva Nadila
Note :
Gomawo = terima kasih
waeyo? = kenapa?
jinjjja? = benarkah?
ne = iya
aniyo = tidak
mwo? = apa?
mian / mianhae = maaf
namjachingu = pacar (laki-laki)
yeoja = perempuan
namja = laki-laki
Tahun 2020, di Korea
Aku baru saja merayakan keberhasilanku atas penemuan terbaruku. Read a brain, itulah nama dari sebuah alat pembaca pikiran. Alat itu juga mampu me’reka’ kejadian masa lampau yang dilalui oleh seseorang, dapat juga dijadikan sebagai terapi pengingatan bagi penderita amnesia. Bentuknya seperti laptop yang memiliki sambungan gadget yang berbentuk seperti helm. Saat helm yang kunamai main reader ini terpasang dikepala kita, kita hanya perlu menekan tombol waktu, maka kejadian yang pernah kita alami dulu dapat terlihat dimonitor. Atau kita hanya perlu menekan tombol reading, maka apa yang sedang kita pikirkan dapat terlihat di layar monitor juga.
Berkat penemuanku ini aku cukup banyak mendapatkan penghargaan. Aku senang sekali. Penemuanku dapat membuahkan manfaat bagi orang-orang. Semua bertepuk tangan untukku diacara peresmian hak cipta ini. Rencannya, aku juga ingin mengajarkan para professor junior untuk ikut memberdayakan ciptaanku ini.
“Aelke, selamat yah kau berhasil lagi!” sambut Sahabatku, Park min-hai atau lebih kerap disapa Min-hai.
“Ne, Gomawo!” Kataku seraya membungkukan badan. “bagaimana dengan kabarmu? Kau pasti telah banyak menciptakan penemuan yang hebat!” pujiku pada sahabat seangkatanku yang sudah lama ini tidak kutemui.
“ah, aniyo.. karyaku tidak begitu dihargai banyak orang!” ucap Min-hai menggeleng cepat.
“jangan begitu! Pasti suatu saat nanti kau bisa menjadi professor yang hebat!” supportku.
“Ne, semoga perkataanmu benar ya! Oh iya, apa sekarang kau sudah memiliki namjachingu?”
“emm.. Ani, aku belum punya namjachingu. Waeyo?”
“jinjja? Tidak mungkin yeoja cantik berdarah Korea-Jepang ini tidak punya namjachingu. Apa kau terlalu sibuk unnie?”
“hemm.. mungkin. Aku tidak terlalu tertarik dengan hal-hal seperti itu. aku lebih suka dengan dunia ilmu pengetahuan dan sains!”
“Aelke.. aelke.. kau ini, dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah! Selalu saja begitu! Padahal diluar sana banyak namja-namja tampan yang mau denganmu, tapi kau tetap saja menutup pintu hatimu! Aku sedikit iri padamu!” kata Min-hai tertawa sambil menepuk-nepuk pundakku.
“ah, kau Min-hai. Bisa saja!” ucapku tersipu malu.
***
Setelah sukses dengan read a brain, kini aku mulai berencana untuk membuat robot berstrukturkan manusia. Mungkin dizaman sekarang robot sudah dijual dimana-mana dengan harga yang dapat dijangkau kalangan menengah sampai highless. Dari mulai robot pembuat makanan, robot dance, robot pemadam kebakaran, robot sahabat, robot mainan anak-anak, dan banyak lagi..
Ya, robot yang akan kuciptakan ini agak sedikit berbeda dari biasanya. Mungkin ini yang akan membedakan ciptaanku dari yang lainnya. Bentuknya sangat mirip seperti manusia. Kulitnyapun dibuat dari bahan kimia yang teksturnya hampir mirip seperti manusia. Bahkan robot ini juga memiliki struktur tulang (buatan) dan otot (buatan) layaknya seperti manusia. Ia juga diberi akal pikiran yang diprogram berdasarkan chip kecil yang terpasang dibagian kepalanya.
Robot ini sangatlah kuat. Bahkan kekuatannya dapat mengangkat 1 buah pesawat tempur, meskipun tingginya tidak lebih dari 180 cm. Robot ini dapat melakukan aktifitas seperti manusia dengan pikirannya. Seperti berjalan, menyanyi, menari, memasak. Selain itu ia juga memiliki berbagai macam perkakas yang dapat leluasa ia gunakan kapan saja. Tugasnya untuk melindungi , melakukan misi rahasia yang berbahaya, dan semacamnya.
Namun, aku ragu tidak dapat membuat robot ini dengan jumlah banyak. Karna untuk memprogram chip sebagai otak dari robot ini saja memakan 2 tahun lamanya. Prosesnya sangatlah rumit. Benar-benar membutuhkan kesabaran dan ketelitian tingkat tinggi!
2 tahun berlalu...
Aku sudah selesai dengan berbagai macam serangkaian pembuatan. Kini tinggal proses finishing. Setelah semua program selesai, aku langsung menekan tombol enter dan proses loading untuk men-save pun dimulai.
Kulihat kolom loading masih mencapai 17%. Sedang asik-asiknya menatap layar komputerku, seseorang menggenggam pundakku dengan sedikit mencengkeramnya.
“Aelke?”
“Haaaahhh???!!” aku berteriak karna kaget.
“m..mian telah mengaggetkanmu!”
“oohh.. huhh.. ani.. tidak apa-apa. aku hanya sedikit kaget, min-hai!” ucapku sembari kembali mengatur nafas. “sejak kapan kau ada disini?” tanyaku kemudian.
“tadi aku hanya sekedar mampir ke ahjussi yang menjual buah diseberang sana. Karna dekat dengan lap mu, aku putuskan untuk mampir.. “jelasnya.
“oooh.. begitu.” Kataku singkat.
“namja yang terbaring di etalase itu siapa? Mengapa banyak kabel menempel disekelilingnya?” tanya Min-hai lalu mendekati robotku dan hendak menyentuhnya.
“JANGAN SENTUH ITU!!” kataku melompat menghadang Min-hai.
“wo.. waeyo?” Min-hai terlihat sangat kaget.
“umm.. mian sudah membuatmu terkejut. Ini bukan manusia! Ini hanya robot yang berstrukturkan manusia. Bentuknya memang sangat mirip dengan manusia. Ini masih tahap finishing. Dan nanti akan memasuki masa percobaan. Jadi kuharap tidak ada yang menganggunya dulu.” Jelasku.
“oh begitu. Kalo yang sedang dalam proses loading itu apa?”
“kalau itu adalah otak / akal dari robot ini. Dengan itu, robot ini bisa menjadi seperti manusia seutuhnya dan bla bla bla~” aku menjelaskan semuanya secara rinci pada Min-hai.
“wah, hebat sekali!! Aku kagum padamu! Bahkan kau bisa menciptakan namja setampan ini! Kapan kau akan meresmikannya?”
“mungkin beberapa bulan setelah masa percobaan.”
“Oohh.. hemm...” Min-hai berdehem sejenak. Terlihat dari wajahnya, nampak ia sedang berpikir.
“kenapa Min-hai?”
“ah, aniyo.. tidak apa-apa.. oh iya, kau lapar tidak? Aku bawakan apel kesukaanmu ! Kau suka kan?! Bagaimana kalau kau pergi kedapur dan membuatkan kita dua gelas jus apel? Aku sangat merindukan jus apel buatanmu!” kata Min-hai mengarahkanku kedapur.
Hemm.. mengapa gayanya jadi agak aneh ya? sudahlah! Mungkin Cuma perasaanku saja!
Aku pun membuatkan 2 buah jus apel untukku dan Min-hai.
“Min-hai.. ini jus apelnya!” kataku sambil membawakan nampan berisi gelas.
“oh. ne, gomawo Aelke!” katanya sambil menerima jusku.
“ne, cheonmal Min-hai.” Balasku tersenyum.
Min-hai tersenyum tipis sambil menyeruput jus apelnya. Namun, aku merasa ada yang berbeda dari senyumannya. Ada apa dengannya? Ah, sudahlah! Lupakan Aelke! Dia itu sahabatmu, kau tidak boleh berpikiran yang macam-macam! Pikirku merutuki diriku sendiri.
bersambung...
0 Comment:
Posting Komentar