Blog suka-sukanya Raffa

Selasa, 21 Agustus 2012

[Cerpen] Darah dibalas dengan darah


Genre : Action
Writter : Rasiva Nadila
Created : 31 desember 2011 11:56

Pagi berganti malam. Sedari tadi ponselku bergetar menandakan telpon masuk. Tapi aku tak memperdulikannya. Aku masih terduduk dihadapan komputer sambil menyelesaikan beberapa pekerjaan. Yap, malam ini aku lembur.

“Sha, gue pulang duluan ya.. lu gak pulang?” ucap seorang rekan kerja, sekaligus sahabat baikku, Kevin.
“gue masih banyak kerjaan nih. Nanti juga gue pulang. Lu duluan aja..”
“lu udah bilang sama istri lu kalo lu lembur?”
“Iya. Gue udah bilang kok. Tenang aja...”
“oh yaudah deh, gue duluan ya...”
“Iya...”

Akhirnya tinggal aku seorang diri dikantor tersebut. Hanya ada beberapa satpam yang sedang berjaga malam yang suka melewati ruanganku. Aku tetap fokus menatap layar komputerku sambil menyelesaikan pekerjaanku ini. Setelah pekerjaanku selesai. Aku pun bergegas mengemas barang-barangku untuk kemudian pulang kerumah. Tetapi aku teringat dengan ponselku yang sedaritadi berbunyi. Aku pun membuka ponselku dan ternyata sudah ada 10 panggilan tak terjawab dan 3 pesan dari istri tercintaku.

~Pesan pertama~
“Pa, bisa tolong pulang sekarang gak? Daritadi mama ngerasa ada sekelompok orang aneh yang ngeliatin rumah kita. Mm takut.”

~Pesan kedua~
“Pa, apa papa terlalu sibuk sampai gak sempet bales SMS mama? Papa lebih mentingin pekerjaan papa daripada keluarga kita?”

~Pesan ketiga~
“PAPA, TOLONG MAMA.. TOLONG ANAK-ANAK KITA. ADA ORANG JAHAT YANG MAU NYELAKAIN KELUARGA KITA!! PAPA TOLONG PULAANGG!!”

Sontak, aku pun terkejut membaca pesan dari istriku yang ternyata sudah ia kirim dari sejam yang lalu. Aku pun memacu motorku dengan kencangnya dan segera pulang kerumah.

Sesampai disana, aku benar-benar kaget melihat rumahku sudah hancur berantakan. Pintunya terbuka seperti didobrak dengan paksa. Kacanya pecah tak karuan. Seisi rumah benar-benar telah habis berantakan.

“Chelsea.. Baim.. Nizam..” panggilku kepada istri dan kedua putraku.
Tak ada jawaban. Yang kudapat hanyalah keheningan. Aku mencari sudut demi sudut dan mendapati kedua anakku tewas mengenaskan didapur rumahku sendiri.
“Baim? Nizam?”
Aku berlari memeluk kedua putraku itu. Tubuhnya yang mungil bersimbah darah yang menyelimuti sekujur tubuhnya. Aku tak kuasa melihat semua ini. “Siapa yang telah melakukan semua ini?”

Aku pun kembali mencari istriku. Ruangan demi ruangan ku lewati. Dan akhirnya aku mendapati istriku tengah tertidur diatas ranjangnya dengan berbalutkan selimut. Keanehan menyelimuti diriku. Mengapa hanya kamarku yang rapi dan tidak berantakan? Aku pun menghampiri istriku sambil membelai lembut rambutnya.
“Sayang, Baim sama Nizam kenapa? Apa yang terjadi? Bilang sama aku sayang..”
Tak ada respon dari Chelsea. Aku pun mulai curiga dengan semua ini. Aku membuka selimutnya dan ternyata kecurigaanku benar.

Ada pisau yang tertancap tepat dijantung istriku itu hingga ia harus pergi ke sisi Tuhan. Aku menangis. Menjerit kesal dengan semua kenyataan ini. Aku menyesal. Kalau saja aku mengangkat telfonnya dan segera pulang, semuanya tidak akan jadi seperti ini..!!

Aku pun mencabut pisau dari jantung istriku itu. Ku pandangi pisau pembunuh itu lekat-lekat. Dan aku menemui tulisan ‘Chandra winata’ berada diatasnya. Mengingatkanku pada sodara kembarku ‘Marcell’ dan kejadian beberapa tahun lalu...

***
Marcell Chandra winata adalah sodara kembarku. Tak jauh berbeda dengan namaku ‘Misha Chandra winata’ kami lahir dari rahim yang sama.. hanya saja, ibu terlalu menyayangiku dan ayah terlalu memanjakan Marcell. Sampai akhirnya ayahku terkena serangan jantung karena faktor umurnya. Saat itu, kami berumur 10 tahun dan Marcellah yang paling bersedih atas kematian papa. Aku berusaha tegar menghadapi semua itu. Karena sebagai kakak. Aku harus memberikan contoh yang baik kepada Misha. Tapi Marcell tetap tidak menerima kematian papa.

2 tahun berlalu...
Ibu tetap lebih memperhatikan aku daripada Marcell. Bahkan ia sempat membanding bandingkan Marcell denganku karena mendadak nilai Marcell turun drastis sedangkan aku selalu ranking 1. Semua itu sulit diterima Marcell. Sampai suatu hari, aku baru pulang dari sekolah. Dan tiba-tiba saja aku sudah menemukan ibuku terkapar tak bernyawa dengan pisau tertusuk dijantungnya. Aku menangis melihat semua itu. Dan Marcell juga ada dihadapan ibunya. Tapi ia tampak tidak bersedih sama sekali. Aku mencabut pisau itu dan menemukan tulisan ‘Chandra winata’ berada diatasnya.
“Siapa yang sudah...”
“akulah yang telah membunuh ibumu, Misha!” Marcell menyela pembicaraanku.
“APA? bagaimanapun ini juga ibumu, MARCELL!”
“itu ibumu! BUKAN IBUKU! Yang aku punya hanyalah AYAH! Dan sekarang ia telah pergi. Sekarang biar kau rasakan apa yang ku rasakan!!”
Setelah itu Marcell menghilang entah kemana. Sementara aku diasuh oleh nenek dan kakekku hingga aku tumbuh besar dan memiliki keluarga baru.

***
Aku tak menyangka keluargaku dibunuh oleh SODARA KEMBARku sendiri? Beribu airmata, tangis, dan penyesalan menyelimuti diriku. Aku pun memutuskan untuk menghubungi Kevin, dan tinggal dirumahnya untuk sementara waktu.
“Vin, gue janji. Kalo gue udah punya cukup uang. Gue bakal nyari kontrakan sendiri.”
“udah Sha, lagian gue kan juga belum berkeluarga. Lu bebas kok tinggal kapan aja. Gak usah sungkan-sungkan ya.. gue kan sahabat lo juga :)”
“Iya. Makasih banget ya Vin!” kataku sambil tertunduk lesu.
“oh ya, ngomong-ngomong siapa sih yang udah ngelakuin semua itu sama lo?”
“MARCELL, Vin! SODARA KEMBAR gue sendiri!!”
“Apa? Sodara kembar lo sendiri? Terus gimana? Masa lo diem aja? Ini namanya kasus pembunuhan berantai!! Bisa-bisa lo juga nanti yang dibunuh Sha..!!!” kata Kevin.
“maksud lo?”
“DARAH HARUS DIBALAS DENGAN DARAH!!”
Seketika itu juga aku berfikir. Mengapa aku hanya menangis? Seharusnya aku marah! Dia telah membunuh ibuku dan juga keluargaku. Sekarang dia benci padaku karna kesalahan yang sama sekali tidak ku perbuat!!
“lo bener Vin. Gue harus bales dia!! meskipun dia sodara kembar gue sendiri, tetap DARAH HARUS DIBALAS DENGAN DARAH!”
“iya Sha, gue juga bakal bantuin lo kok.. lo tenang aja ya... ;)” hibur Kevin.

***
“Sha, gue tau orang yang bisa ngelatih kita dalam persenjataan.” Kata Kevin sambil menunjukan tulisan dikoran.
“Tantowi Yahya?”
“iya. Kita bisa berguru sama dia. siapa tau kita bisa balesin dendam lo itu!!”
“lo bener Vin. Lo emang the best deh buat gue.. thx ya :D”

Akhirnya aku pun menemui orang yang bernama ‘Tantowi yahya’ itu. Ternyata benar saja. Dia sangat ahli dalam persenjataan. Hanya saja dikoran dikabarkan dia telah pensiun dari pekerjaannya itu. Aku mulai ragu. Tetapi aku tetap tak patah semangat.

TOK.. TOKK.. TOKKK...
“siapa?” terdengar suara lelaki tua dari arah dalam.
“Maaf apa kami bisa bertemu dengan Tantowi yahya?.”
“siapa kau?” lelaki tua itu pun membukakan pintu untuk kami.
Aku pun memperkenalkan diri dan temanku. “ka..kamu?” lelaki itu seperti kaget saat telah melihatku.
“kalau boleh. Saya ingin berguru pada bapak. Boleh?”
“Ngapain kamu kesini, Marcell? PERGI KAU DARI SINI!!.”
Ia pun hendak menutup pintu. Tetapi aku menjegatnya dan berkata...
“Pak saya bukan Marcell. Saya Misha sodara kembarnya. Please pak.. saya mohon.. saya harus berguru sama bapak! Keluarga saya dibunuh sama Marcell. Saya harus balesin dendam saya sama dia!!”
Orang itu pun terdiam. Lalu menatapku penuh rasa kasihan.
“Apa kamu benar-benar bukan Marcell?”
“Iya om. Saya berani jamin. Ini teman saya. Dan dia bukan MARCELL!” kata Kevin meyakinkan.
“baiklah, nak. Ayo masuk!!”

Orang itu pun mempersilahkanku untuk duduk di ruang tengahnya yang penuh dengan pajangan senjata.
“emm.. om yahya. Ngomong-ngomong apa om kenal dengan kembaran saya?”
“Iya, nak. Om yang ngurus dia dari kecil. Waktu itu om nemuin dia di deket pertokoan. Dia sendirian. Akhirnya om yang ngasuh dia karena sampe istri om meninggal. Om sama sekali belum punya anak. :(“
“lalu sekarang dia kemana om?” tanya kevin semakin penasaran.
“dia pergi. Dia mendirikan markasnya sendiri dan membuat mafia baru. Om ngajarin dia ilmu persenjataan dari kecil. Supaya dia bisa jadi orang yang hebat. Tapi dia malah makin besar kepala. Dia ingin merebut semua senjata rahasia om buat kesenangan dia pribadi. Tapi om gak mau. Senjata itu bukan buat membunuh. Tapi untuk melindungi. Tapi dengan banyaknya anak buah yg dia milikin. Dia bisa aja melakukan apa saja!” jelas om yahya.
“terus dia berhasil bawa senjata itu?”
“enggak. Om udah taruh senjata itu ditempat yang orang-orang pasti gak akan tau!”
“Om bisa ajarin kita? Demi om, demi ibu, dan keluarga saya. Saya bersumpah akan membalas kematian mereka om!!” kataku dengan semangat.
“baiklah. Om akan mengajarkan kalian :)”

***
Beberapa tahun kemudian...
Dengan sabar dan telaten, om yahya mengajariku semua ilmu beladiri dan persenjataannya. Dan semakin hari tanganku mulai terlatih memegang senjata. Aku siap untuk MEMBUNUH!!

“Misha, perlu kau ketahui nak. Mengalahkan Marcell bukanlah hal yang mudah. Dia sudah terlatih karena dia sudah mengenal senjata dari kecil. Bahkan saat ia membunuh ibumu. Dia sudah punya insting untuk membunuh!! Kau harus berhati-hati, nak!!”
“tenang saja, om. Saya pasti bisa mengalahkannya!”
“oh ya, dan satu lagi..!!! JANGAN TERKECOH DENGAN WAJAH MALAIKATNYA!! Karna dia tetap seorang PEMBUNUH!!”
“iya om.” Kataku dengan bersemangat.

Aku pun bergegas pergi ke markas Marcell itu berada. Sesampainya disana, aku melihat tempat itu layaknya bar clubbing. Tapi aku tetap memasuki tempat itu dan melabraknya.
“Angkat tangan semuanya!!”
Suaraku memecah suasana. Keramaian berubah menjadi kesunyian.
“dimana MARCELL CHANDRA WINATA??” bentakku
Dari sekian banyak orang tak ada satupun yang menjawab. Semua orang hanya tiarab seolah tak berdosa.
“mencariku?”
Marcell pun muncul dari arah belakang dengan menodongkan pistolnya ke punggungku.
Untung saja Kevin menyelinap dibelakang bar untuk melihat situasi dan...
DUARRRRRR... Kevin menembak beberapa pengawal Marcell dibelakangku dan mengagetkan suasana.
Aku pun memukul kepalanya dan pergi bersama kevin.
“Hey kau! Tunggu!!!”
Marcell pun berlari mengejarku. Dan akhirnya terjadilah insiden tembak-tembakan dan perkelahian antara aku dan kelompok Marcell.

Suasana semakin panas. Tetapi aku berhasil membunuh sekian banyak anak buah Marcell. Sehingga sekarang Marcell tinggal seorang diri. Marcell mulai panik. Dan akhirnya dia berlari menemuiku dan berteriak...
“Hey kau, tunggu... sebenarnya dialah MARCELL!! Aku MISHA!!!” Marcell semakin memutar balikan fakta.
Dan anehnya, kini marcell berpakaian sama denganku.
“APA?” Kevin pun kaget. Ia menodongkan pistolnya padaku. Aku semakin melangkah mundur.
“Tidak Kevin. Dia BOHONG!! Akulah Misha kau harus percaya padaku!!” kataku mencoba meyakinkan.
“dia BOHONG!! Ayolah Kevin.. kau sahabatku. Kita teman bukan!!” ucap Ricky semakin menjadi-jadi.
“SIAL..!! kenapa muka kalian mirip sekali..??? sebenarnya yang mana Misha yang asli..???”
“Kevin, gunakanlah mata hatimu!! Dan lihatlah siapa sahabatmu sebenarnya!!!” aku pun menatap Kevin penuh harap.
Kevin tetap menodongkan pistolnya antara kearahku dan kearah Marcell.
“jika kau merasa aku adalah Marcell, tembak saja aku.. jika kau merasa dialah yang Marcell, tembak dia!! aku rela mati demi sahabat...” tantang Marcell.
Mata marcell berbinar-binar menatap kevin. Seolah ingin meminta belas kasihannya. Tapi aku teringat dengan perkataan om yahya. Aku tidak boleh terkecoh dengan wajah malaikatnya.

“AAAAAAAAAAAAA....... DIAAAAAMMMMMMMM...!!!!” Kevin mulai frustasi. Aku bisa merasakan apa yang ia rasakan.
“gue udah gak sanggup Sha nanggung semua ini. Daripada gue salah memilih dan ngebunuh sahabat gue sendiri, lebih baik gue MATI!!”
Kevin pun menodongkan pistol kekepalanya dan menembak kepalanya sendiri.
“TIDAAKKKKK...!!!!!!!!”
Aku pun berlari menghampiri Kevin. Di sisa akhir hayatnya Kevin berkata dengan terbata-bata...
“gu.. gue tau pasti lo mi... sha yang se.. benarnya. Ma.. af ha.. rus nge.. lakuin i..ni..”
“KEVIIINNN.....!!!!”
Semua sudah terlambat. Ia mati dengan jasa besar dan kehormatan atas persahabatannya..
“DARAH HARUS DIBALAS DENGAN DARAH!!” gumamku dengan dendam yang semakin membara.

“hahahaahaha... senang bisa menghancurkan hidupmu, KEMBARANKU!!” Marcell tertawa sinis.
“dasar kau MANUSIA BIADAB!!”
“sekarang kau merasakan kan, bagaimana penderitaanku?? So, selamat tinggal kak!”
Marcell pun menodongkan pistolnya kearahku. Namun saat ia hendak menembakku, tiba-tiba seseorang telah menembak dadanya dari arah belakang.

“om.. om Yahya???”
Ternyata itu adalah om yahya yang menembak marcell dari belakang dengan senjata rahasianya.
“Maaf datang terlambat, nak..” kata om franklin sambil tersenyum padaku.
Kami pun menghampiri Marcell yang tinggal sekarat itu.
“Pa..pa..papa?” mata Marcell terbelalak melihat sosok om Yahya yang sudah mengasuhnya dari kecil.
“jangan panggil aku Papa. Dasar iblis bermuka malaikat!!”
“Aku min... ta ma....af pada...mu Mis... Sha. Sebe... narnya. Aku ha... nya ke... sal pada...mu. dan se...sung... guhnya a...ku sa...ngat me...nya...yangimu. kar...na ki..ta te.. tap la..hir da..ri ra... him yang sa... ma!!!”
Suara Marcell terbata-bata dan akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya tepat dihadapanku. Entah kenapa tiba-tiba airmataku menetes. Mengalir membasahi pipiku. Aku pun menangisi kepergian sahabatku, Kevin. Dan sodara kembarku, Marcell.
“Sudahlah, nak. Tak apa.. kau harus mengikhlaskannya.

***
Beberapa minggu kemudian...
Aku tinggal di rumah om Yahya dan diangkat menjadi anaknya. Sekarang hidupku tenang dan tak ada yang menggangguku lagi. Tatapi sejak kematian mereka, aku mulai berfikir.
“om Yahya.. apakah aku orang yang terlalu egois?”
“menurutmu?”
“seharusnya aku tidak bersikap egois dan dendam seperti ini. Ini semuakan hanya kesalah pahaman saja.. aku menyesal, om... aku jadi kehilangan sahabat dan sodara kembarku sendiri. Padahal hanya merekalah yang aku punya saat ini..”
Aku tertunduk lesu sambil merenung.
“apa maksudmu, nak?”
“Darah harus dibalas dengan darah!!”
Aku pun menatap om Yahya tajam.
“Misha?”
*misha mengeluarkan pistol* DUUUAAARRRRR....

14 Comment:

  1. Nice :D Izin copas buat tugas B. Indo

    BalasHapus
  2. Silahkan :) tapi jangan copas buat dumay ya
    Makasih udah mau baca tulisan lamaku yg banyak kurangnya ini ^^

    BalasHapus
  3. cerita nya mirip dengan kisah hidup ku... tapi gue nggk smpek melakukan hal konyol sperti itu... membunuh sodara sendiri

    BalasHapus
  4. Min iji copas ..
    biasa tugas b. indo

    BalasHapus
  5. Keren sis, mampir ya keblogku masih newbie nih " fadhlizilkram.blogspot.com "

    BalasHapus
  6. Izin copas juga min buat bikin content diyoutube

    BalasHapus
  7. Izin contek judulnya doang min.
    Thanks :)

    BalasHapus
  8. Sama Ngambil ceritanya dikit :)

    BalasHapus
  9. Wait, pertanyaan, aku masih gk ngerti jalan pikiran Misha, darah dibalas darah, lalu Misha membunuh Om Yahya karena ia membunuh saudara kembarnya yang sudah membunuh Ibu dan keluarganya? Padahal klo tdk dibunuh Om Yahya, Misha akan mati ditangan kembaran wajah malaikat berhati iblis itu.. diakhir juga buat apa Misha menangis secepat itu, kan udh tau Marcell bilang begitu dengan wajah malaikat dan hati iblisnya, artinya sampai akhir pun dia berpura-pura kan? Intinya aku perlu alasan yg lebih baik kenapa Misha membunuh Om Yahya
    o_o

    BalasHapus

© Rasiva's Blog, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena